Paranormal kondang Ki Kusumo duduk termenung memikirkan sebuah peristiwa yang sangat luar biasa abad ini.
Setiap tahunnya dikatakan Ki Kusumo kita belajar untuk dapat mencerna atau menyikapi peristiwa-peristiwa negatif yang terjadi setiap tahunnya.
"Kita dulu mungkin pernah mendengar tentang SARS, Flu Burung, Lumpuh Layu, dan lain-lain, yang kelihatannya sempat menjadi Epidemi. Belum lagi ada beberapa peristiwa-peristiwa lain yang membuat takut dan terjadi secara cepat dan sporadis. Seperti bencana alam dan sebagainya. Jika dalam kepercayaan kami, orang Jawa pasti ingat dengan yang namanya peristiwa Betara Kala," ungkap Ki Kusumo.
Betara Kala dijelaskannya, jika secara harfiah diartikan sebagai Dewa Kala, sebuah simbol yang jika sudah waktunya, jika sudah ada tandanya siapapun tak akan bisa melawannya.
Ada namanya orang saat yang beruntung dan orang saat yang tidak beruntung, tapi ada satu kepercayaan lain yang menyatakan bahwa alam ini perlu diseimbangkan.
Sebenarnya ini diakui Ki Kusumo lebih merupakan pada bagian dari alam yang menyeimbangkan tubuhnya, bagian alam yang menyeimbangkan sistemnya, karena sekarang ini sudah banyak sekali hal-hal yang merusak alam, bagaimana bumi yang sudah semakin tua, bumi yang sudah terbatuk-batuk dan sudah tua luar biasa umurnya dirusak sana-sini.
Diambil pohonnya, diambil sumber daya alam, dan lain sebagainya, sehingga terjadi gempa, longsor dan sebagainya. Karena ketidak seimbangan hal tersebut, akhirnya terjadilah di mana sisitem bumi akhirnya sudah tidak seimbang. Hingga akhirnya bumipun secara alami mengalami atau melakukan sebuah prosesnya.
"Bila kita membicarakan bumi maka kita akan membicarakan alam nyata dan alam tidak nyata, ada alam sadar dan alam tidak sadar. Dimana pergerakan itu terjadi karena sebuah pengaturan sebuah sistem yang begitu alami berjalan dengan sendirinya," jelasnya.
Kembali menyikapi peristiwa saat ini 'Peristiwa Kala' yang saat ini bisa membuat heboh seluruh dunia. Dimana saat ini seluruh dunia sedang dihebohkan oleh wabah virus Corona (Covid-19).
"Sebagai orang Jawa saya melihatnya, jika tiba-tiba terjadi PAGEBLUG. Seperti misalnya ada peristiwa hama belalang dimana-mana, lalu bagaimana kita mengatasinya? Waktu itu ada yang namanya ritual, sehingga belalangnya pergi. Bukan dengan cara disemprot dengan bahan kimia, dan bukan dilakukan sebuah proses yang nyata, bukan itu. Tetapi sebuah proses ritual yang berhubungan dengan alam gaib. Karena biar bagaimanapun hal-hal tersebut ada yang mengatur. Sebuah peristiwa yang berkaitan dengan alam nyata itu ada yang mengatur," paparnya.
Ki Kusumo juga mengatakan bahwa ada sebuah energi yang membuat mereka melakukan tindakan dan perbuatan yang terjadi seperti sekarang ini.
"Jadi, kalau kita kembali lagi mengingat zaman dulu, ketika hama tikus menyerang. Orang tidak melakukan tindakan membunuh, mengejar ataupun melempar tikus, tetapi melakukan proses ritual sehingga sawah terbebas dari tikus. Atau kita coba mengingat zaman sebelum sekarang, dimana masih menggunakan cara tradisional, obat-obatan pun belum mumpuni dan hebat seperti saat ini. Tetapi faktanya, masyarakat bisa tetap hidup bertahan, dan melanjutkan kehidupannya dari zaman itu hingga sampai saat ini. Artinya, zaman dahulu kita sudah memiliki sebuah tekhnologi yang berkaitan dengan dunia spiritual. Jangan pernah lupakan sejarah, bahwa kita tidak dilahirkan dari lubang batu, ada sebuah proses yang akhirnya kita ada sampai saat ini, detik ini," urainya.
Jangan pernah lupakan Tuhan, kata Ki Kusumo, jangan pernah lupakan bahwa di alam nyata ada alam tidak nyata, bahwa kita hidup berdampingan. Semua harus saling menghargai, mentoleransi sehingga keseimbangan alam itu terjadi.
Dalam kondisi seperti ini saya melihat wabah virus Corona (Covid-19) sudah begitu luar biasa, sudah melebihi alam fikir kita, begitu cepatnya beredar, begitu banyaknya korban. Sampai sepertinya setiap pemerintah negara-negara seperti lumpuh, seperti tidak bisa menghadapi wabah virus Corona (Covid-19).
"Oleh karena itu saya berfikir bahwa ini adalah peringatan dari alam semesta. Ini adalah PAGEBLUG yang akan kita sikapi. Ayo kita lakukan sebuah proses ritual keheningan jiwa, kita mengingat bahwa kita ini siapa dan berasal dari mana. Kita bagaimana dan harus apa?," kata Ki Kusumo.
Diakui Ki Kusumo, bukan hanya secara fisik kita melakukan sebuah proses, pekerjaan yang berkaitan dengan pembasmian, tapi kita juga harus memiliki sebuah tolak ukur spiritual, kita kembali kepada yang Maha Kuasa, kita mengingat, kita berdoa, kita melakukan sebuah prosesi spiritual.
Kita melakukan sebuah proses yang harus kita lakukan secara spiritual, saya garis bawahi yaitu Secara Spiritual.
"Jadi saya menginginkan Istana segera melakukan tindakan. Tindakan-tindakan yang berkaitan dengan kebudayaan kita jaman dahulu. Kebudayaan masa lampau yang mungkin saat ini sudah mulai kita lupakan. Istana segera melakukan hal tersebut. Saya mengajak seluruh warga Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk juga sama-sama agar kita bisa berdoa bersama, kita melakukan sesuatu yang berkaitan dengan spiritual," urai Ki Kusumo.