-- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berharap Arab Saudi akan ikuti langkah Uni Emirat Arab (UEA) melakukan normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel.
"Ya, saya berharap," jawab Trump ketika ditanya media, apakah ia mengharapkan Arab Saudi untuk bergabung dengan kesepakatan Israel-UEA, seperti dilansir Reuters, Kamis (20/8/2020).
Di bawah persetujuan, yang Trump ikut memprakarsai itu, Israel setuju untuk menangguhkan aneksasi atau pencaplokan daerah yang diduduki di tepi Barat.
Perjanjian ini juga menegaskan oposisi terhadap kekuasaan Iran, dimana UEA, Israel dan Amerika Serikat sebagai ancaman utama di Timur Tengah.
Dalam komentar resmi pertama Arab Saudi sejak kesepakatan itu diumumkan, Menteri Luar Negeri Arab Saudi mengatakan kerajaan Sunni tetap berkomitmen untuk perdamaian dengan Israel atas dasar Prakarsa Perdamaian Arab 2002.
Arab Saudi, yang tidak mengakui Israel, menyusun prakarsa itu--yang isinya tawaran negara-negara Arab akan menormalkan hubungan dengan Israel.
Hal itu akan terjadi, jika Israel mencapai kesepakatan damai dengan Palestina dan melakukan penarikan penuh dari wilayah yang dikuasai pada 1967.
Sebelumnya dalam konferensi pers, Trump menyebut kesepakatam Uni Emirat Arab-Israel adalah baik.
"Negara-negara yang bahkan Anda tidak akan percaya, mereka ingin bergabung ke dalam kesepakatan itu."
Namun sayang, Trump tidak menyebutkan negara lain selain Arab Saudi.
Trump juga mengatakan bahwa UEA tertarik untuk membeli pesawat jet F-35 yang dibuat oleh Lockheed Martin Co, yang telah digunakan Israel dalam pertempuran.
"Mereka punya uang dan mereka ingin memesan beberapa pesawat F-35S," kata Trump.
Kesepakatan Isreal dan UEA dibantu ditengahi oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Kesepakatan ini membuat Israel menangguhkan rencana pencaplokan wilayah Tepi Barat yang diduduki.
Israel telah menandatangani perjanjian damai dengan Mesir pada 1979 dan Yordania pada 1994. Tetapi UEA, bersama dengan sebagian besar negara Arab lainnya, tidak mengakui Israel dan tidak memiliki hubungan diplomatik atau ekonomi formal sampai sekarang.
Kesepakatan ini membuat UEA menjadi negara Teluk Arab pertama yang mencapai kesepakatan seperti itu dengan Israel.
Pejabat dari tiga negara menyebut kesepakatan itu "bersejarah" dan terobosan menuju perdamaian.
Namun tidak bagi para pemimpin Palestina, yang tampaknya terkejut, mengecamnya sebagai "tusukan dari belakang" bagi perjuangan mereka.
Dalam sebuah pernyataan bersama, Trump mengatakan. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed telah "menyetujui normalisasi penuh hubungan antara Israel dan Uni Emirat Arab".
"Kesepakatan itu akan memungkinkan kedua negara "untuk memetakan jalur baru yang akan membuka potensi besar di kawasan itu," katanya.
Israel dan UEA diharapkan segera bertukar duta besar dan kedutaan besar. Upacara penandatanganan akan diadakan di Gedung Putih.
Trump mengatakan perjanjian itu menyatukan "dua mitra terdekat Amerika di kawasan" dan mewakili "langkah signifikan untuk membangun Timur Tengah yang lebih damai, aman, dan sejahtera."
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Netanyahu mengatakan kesepakatan itu akan mengarah pada "perdamaian penuh dan formal" dengan UEA dan menyuarakan harapan bahwa negara-negara lain di kawasan itu akan mengikuti jejaknya.
"Itu juga berarti menyetujui permintaan dari Trump untuk "menangguhkan sementara" pelaksanaan perjanjian aneksasi," kata Netanyahu.
"Ini adalah momen yang sangat menyenangkan, momen bersejarah untuk perdamaian di Timur Tengah," tambah Netanyahu.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas, bagaimanapun, menolak kesepakatan tersebut.
Juru bicara Abu Rudeineh mengatakan kesepakatan itu adalah "pengkhianatan terhadap Yerusalem, Al-Aqsa dan perjuangan Palestina."
Ditanya apakah Palestina telah mengetahui kesepakatan itu akan berlangsung?
Negosiator senior Hanan Ashrawi mengatakan kepada Reuters: “Tidak. Kami buta (akan hal itu-red)."
Di Gaza, Fawzi Barhoum, juru bicara kelompok Islam bersenjata Hamas, mengatakan: "Normalisasi adalah tusukan dari belakang perjuangan Palestina dan itu hanya melancarkan pendudukan Israel."
Sheikh Mohammed bin Zayed dari UEA mengatakan perjanjian itu akan menghentikan aneksasi Israel lebih lanjut atas wilayah Palestina, yang selama ini Israel hanya menunggu lampu hijau dari Washington.
Pejabat senior UEA Anwar Gargash mengatakan kesepakatan itu membantu meredakan apa yang disebutnya bom waktu.
Gargash mendesak Israel dan Palestina untuk kembali ke meja perundingan.(Reuters/AFP/AP/Arab News/Haaretz)
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments