Seorang tentara Inggris berdarah Yaman ditangkap dan diselidiki Polisi Militer Kerajaan karena terlibat aksi protes terkait perang di negara asalnya.
Tentara yang mengenakan seragam tempur saat berunjukrasa itu memprotes penjualan senjata ke Arab Saudi dan kebijakan Inggris yang berdiam atas tragedi itu.
mengutip , Selasa (26/8/2020), tentara Inggris itu yang diidentifikasi sebagai Ahmed Al-Babati.
"Saya lebih suka tidur nyenyak di dalam sel daripada diam hanya menerima gaji," kata Al-Babati yang terekam beraksi di luar gedung Kementerian Pertahanan di London, Senin (25/8/2020).
Kementerian Pertahanan belum mengomentari masalah tersebut. Babati mengatakan dia lahir di Yaman dan bergabung dengan Angkatan Darat Inggris sejak 2017.
“Yaman sedang menghadapi krisis kemanusiaan terburuk… karena perang bertahun-tahun. Perang proxy ini dipimpin Arab Saudi,” katanya.
Arab Saudi menurutnya bertanggung jawab atas beberapa serangan udara, membunuh orang tak berdosa, menargetkan rumah sakit, dan melanggar hukum internasional.
“Arab Saudi juga bertanggung jawab untuk menghalangi bantuan masuk ke negara itu,” kata Babati.
Blokade itu menyebabkan 80 persen penduduk Yaman membutuhkan bantuan darurat. Ada 24 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan.
“Namun pemerintah kami terus mempersenjatai dan mendukung Arab Saudi. Kami mencoba membuat suara kami didengar dengan melakukan protes di London, Manchester, Liverpool dan banyak kota lainnya,” tukasnya.
“Kami bahkan telah mencoba mengirim email kepada anggota parlemen kami, tetapi jelas kata-kata kami tidak berarti apa-apa bagi Boris Johnson," lanjut Babati.
“Jelas pemerintah ini berlumuran darah di tangan mereka, jadi dengan itu saya menolak untuk melanjutkan dinas militer saya sampai perdagangan senjata dengan Arab Saudi dihentikan,” ujar Babati.
Ia mendapat laporan, peperangan membuat setiap 10 menit ada anak Yaman tewas.
“Jadi saya akan berdiri di luar Downing Street 10 (kantor PM Inggris) meniup peluit setiap 10 menit sehingga mereka dapat mendengar setiap kali seorang anak meninggal karena perang yang terus mereka tangani dan dukung, " tambahnya.
Arab Saudi, bersama Uni Emirat Arab dan beberapa negara Arab lainnya, secara aktif melakukan intervensi di Yaman.
Koalisi udara mereka melakukan serangan udara di beberapa kota padat penduduk, termasuk ibu kota, Sana'a, dan kawasan bersejarah di dalam Kegubernuran Sa'ada.
Perkembangan terkini dari Yaman, pasukan Ansarallah yang berintikan warga Houthi, berhasil menyapu kelompok teroris ISIS di wilayah terakhir yang mereka kuasai di Provinsi Al-Bayda.
Sukses operasi penumpasan ISIS itu didokumentasikan lewat video berdurasi lebih kurang 30 menit. Pasukan Ansarallah menewaskan pemimpin ISIS Yaman, Radwan Qinan.
Sosok ini juga dikenal lewat nama panggilan Abu Al-Walid Al-'Adani. Basis kelompok ISIS di kawasan pegunungan Al-Bayda juga sepenuhnya dihancurkan.
Daerah tersisa di luar kendali mereka di Kegubernuran Al-Bayda juga berhasil direbut Ansarallah. Sukses itu disambut gembira warga Al-Bayda.
Kekalahan ISIS di Yaman tengah akan memainkan peran penting bagi gerakan Ansarallah, karena mereka saat ini mencoba mendekati ibu kota administratif Kegubernuran Marib.
Selama akhir pecan lalu, pasukan Ansarallah membuat kemajuan penting di Kegubernuran Marib, ketika pasukan mereka merebut Kamp Mas dan beberapa puncak bukit dekat Kegubernuran Al-Jawf.
Dengan hampir seluruh wilayah barat Marib di bawah kendali mereka, pasukan Anarallah kemungkinan akan membuat dorongan untuk merebut ibukota administratif Al-Bayda dalam beberapa hari ini.
Konflik di Yaman terus berlanjut menyusul kebuntuan dialog kelompok Houthi dan koalisi Arab serta pemerintahan Presiden Yaman Abd Rabbouh Mansour Hadi.
Pemimpin kelompok Ansarallah, Mohammad Ali Al-Houthi, mengecam kebuntuan itu. "Upaya mediasi yang dipimpin Utusan Khusus PBB untuk Yaman, Martin Griffiths, dengan Arab Saudi telah menemui jalan buntu," katanya kepada Aljazeera.
Ali Al-Houthi menuduh Arab Saudi dan UEA menghalangi perdamaian di Yaman dengan melancarkan serangan, sembari berdamai dengan Israel pada saat bersamaan.
Dia mengatakan, Arab Saudi menyesatkan dunia, dan mereka terus melawan Yaman. Klaim mereka, perundingan rahasia terus berlangsung.
“Tidak ada negosiasi rahasia sama sekali dengan Arab Saudi, dan jika ada negosiasi yang akan kami tunjukkan kepada dunia, kami tidak memiliki agenda untuk ditakuti,” kata Al-Houthi.
Anggota Dewan Politik Tertinggi Yaman menegaskan perang terbuka akan terjadi antara Houthi Yaman dan Arab Saudi, jika agresi mereka tak juga dihentikan.
Yaman terbelah menjadi dua kekuatan besar. Kelompok Houthi yang mendapat sokongan Iran menguasai ibu kota Sanaa dan wilayah utara.
Mereka juga sebagian mengontrol wilayah selatan. Kelompok ini didukung militer Yaman, memiliki kapabilitas menyerang target di wilayah Saudi.
Beberapa waktu lalu, rudal balistik yang diluncurkan kelompok ini menghantam komplek kilang minyak Aramco di wilayah Saudi. Kilang terbesar di Arab itu vakum operasi selama berbulan-bulan.
Kelompok kedua yang didukung penuh koalisi Arab, mendeklarasikan kekuasaan di Aden, pelabuhan di Yaman selatan. Kelompok ini dipimpin Abdul Rabouh Mansour Hadi.(Tribunnews.com/AlMasdarNews/xna)
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments