-- Mayoritas masyarakat mengaku terbebani dengan biaya kuota internet selama pembelajaran online diberlakukan, berdasarkan survei SMRC.
"Warga pada umumnya merasa sangat/cukup berat membiayai sekolah online," papar Manajer Kebijakan Publik SMRC Tadi D. Wardi, dalam pemaparan daringnya, Selasa (18/8/2020).
Tadi menerangkan, mayoritas warga, sekitar 70%, mempunyai anggota keluarga yang masih sekolah/kuliah, setidaknya satu orang.
Di antara warga yang mempunyai anggota keluarga masih sekolah/kuliah, sekitar 87% menyatakan bahwa sekolah/kuliah online (belajar jarak jauh) dilakukan oleh semua atau sebagian dari anggota keluarga yang masih sekolah/kuliah.
Sekitar 12% menyatakan bahwa anggota keluarganya yang masih sekolah/kuliah tidak melakukan belajar jarak jauh, sementara 1% tidak menjawab.
Ia melanjutkan, sekitar 47% dari mereka mengeluarkan biaya internet lebih dari Rp 100 ribu per bulan
untuk belajar/kuliah online.
"Penilaian bahwa biaya sekolah online sangat/cukup berat paling banyak pada warga perempuan, di pedesaan wilayah Maluku dan Papua, berlatar belakang pendidikan lebih rendah, berpendapatan lebih kecil, kerah biru, dan yang merasa kondisi ekonomi rumah tangganya sekarang jauh lebih buruk dibanding sebelum wabah Covid-19," ungkap dia.
SMRC melakukan survei pada 2.201 responden. Responden merupakan koleksi sampel acak survei tatap muka SMRC sebelumnya dengan jumlah proporsional menurut provinsi untuk mewakili pemilih nasional.
Survei dilakukan pada 5-8 Agustus 2020 dengan melakukan wawancara melalui sambungan telepon yang dipilih secara acak.
Margin of error dalam survei ini sebesar 2,1 persen dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments