Sebagian besar konsumen di Asia Pasifik menyerahkan tanggung jawab keamanan data pribadi ke perusahaan dan pemerintah.
Sebanyak 43% responden di Asia Pasifik dan 57% di Indonesia meyakini tanggung jawab ini terletak di tangan perusahaan, sementara 32% di Asia Pasifik dan 23% di Indonesia merasa hal tersebut adalah tanggung jawab pemerintah.
Hanya 25% responden Asia Pasifik dan 20% di Indonesia yang merasa tanggung jawab keamanan terletak di tangan penggunanya.
Survei bertajuk Curve of Convenience 2020: The Privacy-Convenience Paradox oleh F5 menunjukkan sebanyak 69% pengguna di Asia Pasifik, rata-rata, mengorbankan privasi mereka demi pengalaman yang lebih baik.
Responden dari Indonesia (79%), China (82%), dan India (79%) tercatat sebagai yang paling rela berbagai data. Sedangkan responden Jepang (43%), Australia (50%), dan Singapura (58%) adalah yang paling tidak rela mengorbankan data demi pengalaman yang mulus.
Lebih dari seperempat pengguna tidak menyadari terjadinya pembobolan.
Sebanyak 27% responden Asia Pasifik mengindikasikan mereka tidak menyadari terjadinya pembobolan meski yang menjadi sasarannya adalah instansi pemerintah atau aplikasi yang banyak digunakan.
engguna di masa kini tidak mengubah perilaku mereka setelah terjadi pembobolan keamanan namun kepercayaan mereka terhadap perusahaan dan industrinya menurun.
Hanya 4% responden Asia Pasifik, demikian pula dari Indonesia, berhenti menggunakan aplikasi setelah terjadi pembobolan.
Namun, terjadi penurunan kepercayaan terhadap perusahaan, dengan perusahaan media sosial mengalami penurunan terbanyak yakni 19 poin persentase.
Temuan survei bertajuk Curve of Convenience 2020: The Privacy-Convenience Paradox menunjukkan beratnya upaya yang harus dilakukan untuk menemukan keseimbangan antara keamanan dan kenyamanan di mana perusahaan dan pemerintah memikul tanggung jawab.
Survey yang lanjutan dari 2018 ini dilakukan secara online pada 25 Maret – 13 April 2020 dengan 4.100 responden dari delapan negara: Australia, China, India, Indonesia, Hong Kong, Jepang, Singapura, dan Taiwan.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 703 responden berasal dari Indonesia. Studi ini berlangsung ketika terjadi krisis Covid-19.
Di lingkungan yang menantang seperti saat ini, khususnya ketika tengah menghadapi Covid-19 serta mengikuti perubahan kebiasaaan digital yang menyebabkan banyak sistem dan penggunanya terekspos, perusahaan dan pemerintah pun ditekan untuk memperkuat kerangka keamanan mereka dan memperketat regulasi serta kepatuhan terhadap kebijakan.
Pakar industry, Ankit Saurabh, Assistant Lecturer di School of Engineering and Technology, PSB Academy menyatakan, Covid-19 yang mengubah banyak aspek rutinitas, sebagian besar dari kita telah beradaptasi menuju kenormalan baru yang melibatkan working-from-home hingga aplikasi online untuk perbankan, hiburan, belanja, dan layanan antar makanan yang telah menjadi cara utama kita mengakses barang dan jasa.
Dalam situasi yang krusial seperti ini, perusahaan-perusahaan harus bekerja dengan lebih keras dalam membenahi kekuatan keamanan mereka untuk melindungi data pelanggan dan internal perusahaan.
Agar terus bisa kompetitif dalam kondisi seperti ini, berbagai perusahaan harus terus menyediakan pengalaman digital yang unik, berperforma tinggi, dan aman secara konsisten sembari memenuhi persyaratan dan kewajiban keamanan yang rumit.
"Mereka juga harus memastikan pengalaman pengguna yang nyaman, mulus, dan mudah digunakan. Guna mencapai tujuan ini, perusahaan-peruashaan harus berkaca pada sumber daya yang belum mereka sentuh, yakni para pelanggan," kata Ankit Saurabh.
Laporan Curve of Convenience 2020 menunjukkan, 27% responden bahkan tidak menyadari terjadinya pembobolan pada situs pemerintah atau aplikasi yang banyak digunakan sehingga, sangat penting untuk memperlakukan pelanggan seperti sekutu dalam mencapai tujuan bersama untuk pengalaman digital yang menyenangkan dan aman.
Pengguna, jika dibekali dengan informasi yang tepat, bisa meningkatkan kewaspadaan mereka untuk berbagi data atau bahkan menuntut transparansi mengenai bagaimana data mereka akan digunakan.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments