Sebagai sarana hiburan, musik hadir di tengah kita dengan beragam jenis. Ada musik yang membuat pendengarnya tergoda ingin moshing, ada musik yang bisa membuat pendengarnya menjadi rileks, namun ada juga yang mengundang gelak tawa.
Musik yang demikan disebut dengan musik komedi. Berbicara tentang musik komedi dunia, maka tak adil bila tidak menyebut nama "Weird Al" Yankovic.
Bisa dibilang Yankovic merupakan salah satu pelaku di industri musik komedi, yang paling menonjol seantero jagat.
Yang pasti untuk urusan memplesetkan lagu, pria kelahiran tahun 1959 ini, memang jagonya. Tak jarang lagu-lagu parodinya bahkan menuai kontroversi.
Selain Yankovic, masih banyak lagi sederet nama yang berkecimpung di musik komedi dunia seperti Allan Sherman, Steve Martin, Doug Anthony All Stars, Eddie Murphy, Adam Sandler, Flight of the Conchords, Chris Rock, Jack Black dengan grupnya Tenacious D, The Lonely Island dan lain sebagainya.
Secara global, musik komedi terbagi alam dua subgenres, yaitu musik parodi dan lagu novelty atau lagu bernuansa komikal, misalnya lagu tema pembuka animasi anak-anak dan lain-lain.
Tak sebatas itu, musik komedi seiring waktu juga mengalami peleburan dengan genre lain, sehingga melahirkan fusion genres seperti pop komedi, rock komedi, hip hop komedi dan lain sebagainya.
Nah itu kalau secara global, kalau di Tanah air beda cerita.
Di Tanah air, sebagian besar orang selalu mengaitkan eksistensi musik komedi, dengan kemunculan dangdut humor pada akhir dekade 70-an, padahal tidak demikian adanya.
Sebab, bila kita menoleh ke belakang, ternyata grup lawak Los Gilos, telah lebih dulu memasukkan anasir musik dalam pola lawakan mereka. Los Gilos terbentuk di tahun 1958, dengan beranggotakan Mang Udel, Mang Cepot dan Bing Slamet.
Dalam setiap penampilannya, trio ini tak hanya menyajikan lawak, acap kali Bing Slamet tampil unjuk kebolehan bermain gitar dan bernyanyi, sedangkan Mang Udel bermain ukulele. Jadi secara tak langsung mereka telah memainkan musik komedi.
Jejak langkah Bing kemudian diikuti oleh Benyamin Sueb. Meski tak semua lagunya beresensi komedi, tapi hampir bisa dipastikan sebagian besar lagunya berlirik jenaka.
Disamping Los Gilos, grup lain yang memintal lawak dengan sepotong musik adalah Kwartet Jaya. Grup ini beranggotakan Eddy Sud, Bing Slamet, Iskak dan Ateng.
Sepeninggal Bing Slamet, tiga personil yang tersisa memutuskan bubar, pada akhir tahun 1975.
Namun sebelum bubar, ketiganya sempat merilis dua album bertitel “Kwartet Jaya Berjoget” dan “Kwartet Jaya Berdendang”.
Sesuai judulnya, album ini berisikan materi lawak dan musik komedi. Total ada sebelas lagu yang terdapat di masing-masing album tersebut. Aransemen musiknya digarap oleh band Irama Nada, pimpinan Gatot Sudarto.
Lalu pada tahun 1978, Ateng dan Iskak kembali menelurkan album berjudul “Lawak & Lagu Warung Betawi”, dan kali ini keduanya menggandeng Sup Yusup, untuk melengkapi formasi mereka sebagai trio.
Kemudian grup lawak Bagio CS yang beranggotakan S Bagio, Darto Helm, Diran dan Sol Saleh, pernah pula menelurkan beberapa seri album berjudul “Warung Tegal Lawak & Nyanyi”, di tahun 1977.
Dalam penggarapannya, Bagio CS berkolaborasi dengan Eddy Sud.
Album-album yang diedarkan oleh Purnama Records ini, memuat lagu-lagu milik Koes Plus, Minggus Tahitoe, Rinto Harahap dan lain-lain, yang sebagian liriknya mereka parodikan.
Tak berbeda dengan Bagio CS, Jayakarta Grup yang dimotori Jojon, Uuk, Suprapto dan Cahyono, pun pernah menggarap album lawak dan musik komedi, diantaranya album Jayakarta Group “Cinta dan Racun Serangga” dan Jojon Jayakarta Group “Patah Hati”, yang berkategori dangdut humor.
Dangdut humor sendiri adalah fusion genre dari musik dangdut dan komedi. Pada akhir dekade 70-an, kemunculan dangdut humor menjadi fenomena tersendiri.
Adalah Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks (OM PSP), kelompok yang dianggap sebagai pelopor jenis musik ini.
Pada mulanya kelompok ini menapaki karir sebagai salah satu band pengiring, grup lawak Warkop DKI.
Kepopuleran OM PSP, memicu kelompok atau orkes dangdut humor lainnya bermunculan. Seperti kelompok Jaran Goyang, Orkes Mahasiswa Jet Set dan lain sebagainya.
Sebagaimana OM PSP, kelompok-kelompok tersebut juga lahir dari lingkungan kampus. Para sivitas akademika ini tak hanya, moncer dalam meramu musik namun juga pandai berkelakar.
Di tangan mereka dangdut yang sebelumnya merupakan musik vernakular, yang berkembang di masyarakat bawah, menjadi relatif lebih dapat diterima oleh semua kalangan sosial, hingga sekarang.
Selain OM PSP, kelompok lain yang kiprahnya tak lepas dari campur tangan grup lawak Warkop DKI, adalah Orkes Moral Pengantar Minum Racun (OM PMR). Pada tahun 1987, OM PMR memisahkan diri dari kegiatan Warkop DKI dan merilis album debut bertajuk “Judul-Judulan”.
Tak dinyana album ini berhasil meraup sukses di pasaran, dengan angka penjualan yang cukup fantastis.
Selain menampilkan lagu karya Kuntet Mangkulangit “Judul-Judulan”, dalam album yang dirilis MSC Record tersebut, mereka juga memparodikan lagu-lagu seperti “Antara Cinta dan Dusta” milik Obbie Messakh, ”Bintangku Bintangmu” yang dipopulerkan Heidy Diana, “Gubuk Derita” karya Muchtar B, “Pergi Tanpa Pesan” milik Ellya Khadam dan lain-lain.
Di era yang sama, album musik komedi pernah pula digarap oleh grup lawak D’Bodor. Dengan menonjolkan atmosfer Pasundan dan aksen yang khas. Engkus, Yan Asmi dan Us Us dalam penampilannya kerap memadukan antara lawakan dan musik komedi.
Materi humor ala D’Bodor ini lah, yang kemudian memikat perhatian pengusaha rekaman. Hingga lahirlah beberapa album musik dan lawak diantaranya “Gadis 4 Sehat 5 Sempurna”, “Gadis & Kumis,” “Gadis Manis Bau Jengkol” dan lain sebagainya.
Uniknya D’Bodor tak hanya menawarkan musik komedi bernuansa etnik, namun juga rock komedi. Seperti pada lagu berjudul “Rock & Pong” yang merupakan perpaduan antara rock n’roll dan jaipong.
Pada dekade 90-an, musik komedi kembali mencuri perhatian masyarakat, lewat kelompok Padhyangan Project.
Bermodal debut album bertajuk “Oo..lea...leo...!!!” yang rilis di tahun 1993, septet ini sukses mendulang popularitas. Seluruh materi di album ini bercorak pop komedi.
"Nasib Anak Kost” yang merupakan versi parodi dari lagu "That's The Way Love Goes" milik Janet Jackson, didapuk sebagai single jagoannya. Kendati sukses, namun di album ketiga, mereka melepaskan diri dari embel-embel Padhyangan dan berganti nama menjadi P-Project.
Sementara anggota Padhyangan lainnya, mengeluarkan album yang kurang sukses di pasaran, dengan nama Padhyangan 6. Lalu di tahun 1996, P-Project membidani terbentuknya kelompok Project Pop, yang beranggotakan para junior mereka.
Selain nama-nama tadi, di era 90-an juga muncul Ninayangan Project dan Super Bejo yang beranggotakan Edwin dan Jhody.
Berbeda nasib dengan Ninayangan Project, album perdana Super Bejo yang berjudul “Pagi” jauh lebih di terima oleh masyarakat.
Album tersebut rilis di tahun 1997, dengan lagu “Gue Ingin” sebagai single utamanya. Meski pada ranah mainstream tak banyak nama-nama yang muncul.
Namun dalam lingkungan kampus, kelompok-kelompok musik komedi tumbuh subur.
Seperti Orkes Pemuda Harapan Bangsa (PHP) asal ISBI Bandung, Sekarwati dari IKJ Jakarta, Teamlo dari Universitas Sebelas Maret dan Universitas Muhammadiyah Surakarta, The Panasdalam dari ITB Bandung dan lain sebagainya. Akan tetapi kelompok-kelompok ini, baru merilis album dan makin dikenal di era milenium.
Memasuki era milenium, keberadaan MTV Indonesia dan menjamurnya distro-distro, memberi impact yang cukup signifikan bagi perkembangan musik komedi. Dimana distro menjadi salah satu titik distribusi penjualan album-album indie.
Adapun kelompok musik komedi dari ranah indie, yang lahir di era ini, diantaranya The Sabeni, Jiung, Orkes Nunung CS, The Produk Gagal, Kornchonk Chaos, Kopi dan Kretek, Sri Redjeki dan lain-lain.
Sedangkan pada musik arus utama, diramaikan oleh kemunculan Wong Pitoe, yang ngehits berkat single berjudul “Jempol Kaki” dan “Dasarese” di tahun 2005. Di era ini Project Pop juga sedang produktif-produktifnya.
Kemudian di tahun 2007, komedian Tukul Arwana terlibat dalam proyek album bancakan berjudul “Wong Deso”. Sementara di tahun 2009, giliran single “Lupa Lupa Ingat” milik Kuburan band, yang menjadi hits di masyarakat.
Pada awal dekade 2010-an, komedian Sule melepas album “Prikitiew”, disusul dengan Teamlo yang melepas album “Biarin”. Tak ketinggalan grup lawak Opera van Java atau OVJ, dengan single-nya yang berjudul “Canat Cenut”.
Grup lawak Cagur, terutama Deny, pernah pula melepas single bercorak dangdut humor.
Bahkan mereka sempat merilis single berjudul “Sukirman”. Walau hanya berupa single, namun setidaknya dua grup lawak ini telah meneruskan tradisi, yang sedikit abai dilakukan oleh grup-grup lawak di era 90-an.
Di sisi lain, kelompok-kelompok baru pengusung musik komedi dari jalur sidestream pun, terus bermunculan.
Dari sini kita bisa melihat bahwa, musik komedi apapun konsepnya, selalu mendapat tempat di hati para penikmat musik di Tanah air.
Apalagi di masa pandemi seperti sekarang, dimana masyarakat butuh musik yang tak hanya asik buat berdendang, namun juga bisa bikin gerr.
Penulis adalah jurnalis televisi dan music enthusiast.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments