Viral video diduga pendaki Gunung Lawu yang tewas beberapa waktu lalu.
Dalam video tersebut, si pendaki tampak bertelanjang dada di udara dingin.
Diduga ia mengalami fase hipotermia berat.
Video yang disebut-sebut merupakan merekam pendaki Gunung Lawu, Andi Sulistyawan (18), sebelum tewas beberapa waktu lalu ramai diperbincangkan.
Andi Sulistyawan (18) merupakan warga RT 001 RW 014, Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar yang ditemukan tewas di Gunung Lawu pada 6 Juli lalu.
Dalam video tersebut, Andi terlihat bertelanjang dada di atas Gunung Lawu dalam kondisi udara yang sangat dingin.
Apa sebenarnya yang tengah dialami Andi?
Berikut rangkumannya sebagimana dihimpun Tribunnews.com dari TribunSolo.com, Sabtu (25/7/2020):
Video yang memperlihatkan Andi dalam kondisi telanjang dada di atas gunung itu diunggah pada Rabu, 22 Juli lalu.
Namun, video tersebut mulai viral sejak Jumat (24/7/2020), kemarin.
Dalam video berdurasi 59.20 menit tersebut merekam gelagat ganjil dari korban Andi.
Seorang pemilik channel yang merekam Andi mencari kayu bakar di Gegerboyo.
Saat itu Andi justru melepaskan pakaiannya untuk membungkus kayu bakar tersebut dan tubuhnya Andi terlihat menggigil.
Tapi ia justru menyelimuti sejumlah ranting kayu dengan kaos dan jaketnya.
Padahal, di waktu dan kejadian tersebut, suhu Gunung Lawu begitu dingin.
Bahkan kabut pun menyelimuti hingga banyak pendaki merasakan dingin yang luar biasa.
Saat para pendaki memilih merangkap pakaiannya, hal berkebalikan malah terjadi pada Andi.
Ia malah melepaskan pakaiannya untuk membungkus kayu yang ia kumpulkan.
Gelagat ganjil Andi lainnya adalah saat perekam menanyakan untuk apa kayu tersebut dikumpulkan.
Andi hanya menjawab : "Untuk Mbok".
Tak jelas, siapa "Mbok" yang dimaksud Andi tersebut.
Video ini diklaim diambil beberapa jam sebelum Andi ditemukan tewas dengan bertelanjang dada.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, saat ditemukan dalam kondisi tewas pada Senin 6 Juli 2020 lalu, Andi mengenakan celana panjang warna hitam dan bertelanjang dada, persis seperti yang terlihat dalam video.
Hingga Jumat (24/7/2020) TribunSolo.com belum mendapatkan jawaban dari pemilik akun tersebut.
Relawan Anak Gunung Lawu (AGL), Budi Santoso memastikan bila pria dalam video itu terlihat seperti korban Andi yang dilihatnya.
Tapi, ia mengaku tidak mengetahui bila ada pendaki yang sebelumnya sempat bertemu dengan korban Andi.
"Wah masalah itu saya tidak tahu," katanya singkat.
Pasca viralnya video detik-detik sebelum Andi ditemukan tewas, Budi Santoso mengungkapkan analisisnya.
Disampaikan oleh Budi, jika jurang tempat Andi ditemukan terkait dengan video yang beredar.
"Memang terkait, saat dia bertindak diluar nalar, tak berselang lama kemungkinan dia melompat ke jurang," kata Budi kepada TribunSolo.com, Jumat (24/7/2020).
"Jurang tersebut di halusinasikan saudara Andi sebagai tempat bersembunyi yang nyaman," imbuhnya.
Jenazah Andi memang ditemukan di jurang Gunung Lawu, saat ditemukan ia bertelanjang dada dan mengenakan celana hitam, sama persis seperti video yang beredar luas tersebut.
Anggota Anak Gunung, Budi Santoso mengatakan apa yang dialami Andi dalam video tersebut merupakan kondisi hipotermia berat.
Budi Santoso berharap video ini menjadi pelajaran bagi pendaki lain.
Ia mengatakan, jika pendaki lain mendapati hal tersebut, harusnya segera melaporkan pada relawan terdekat di lokasi kejadian.
Menurut Budi, seandainya peristiwa itu segera dilaporkan, bisa jadi akan mengubah nasib Andi.
"Diharapkan seperti itu, karena yang bersangkutan sudah berhalusinasi karena mencapai fase terberat hipotermia," kata Budi saat dihubungi TribunSolo.com pada Jumat (24/7/2020).
"Kalau melapor ke kami, atau relawan yang lain, pasti dapat dicegah dan diberi tindakan pertolongan," imbuhnya.
Budi menerangkan, saat mengalami fase hipotermia berat, pendaki biasanya berhalusinasi dengan situasi yang berkebalikan dari suhu dingin.
"Selain berhalusinasi, biasanya melepas pakaiannya," paparnya.
"Mereka berhalusinasi kepanasan, atau situasinya berbalik dari suhu yang ada," imbuhnya.
Dituturkan oleh Budi, jika selain fisik, seorang pendaki harus mumpuni dalam hal pengetahuan juga.
Terlebih untuk kasus Hipotermia, banyak pendaki belum mengetahui secara persis tentang fase dan penanganannya.
"Sebelum mendaki harus dipersiapkan betul," katanya.
"Selain menyelamatkan nyawa sendiri juga bisa menyelamatkan orang lain," imbuhnya.
Kasus yang menimpa Andi rupanya tak hanya sekali terjadi, Budi pernah mendapati di situasi dengan ruang dan waktu yang berbeda.
"Dulu pernah di Merapi juga seperti itu, ada pendaki yang melepas pakaiannnya sampai telanjang," paparnya.
"Namun beruntung dia masih pasif, tidak aktif seperti yang terjadi pada Saudara Andi," jelasnya.
Saat mendapati hal demikian, biasanya para relawan melakukan terapi tertentu pada penderita hipotermia fase berat.
"Kalau masih pasif biasanya kita bungkus dengan plastik termal atau kita buatkan perapian," tuturnya.
"Kalau sudah aktif satu satunya jalan biasanya dilukai anggota tubuhnya agar tersadar," imbuhnya.
"Yang aktif pembuluh darahnya sudah mengecil," tandasnya.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments