Gelombang protes yang dipicu oleh dibunuhnya seorang wanita muda telah melanda Turki.
Aksi protes terjadi ketika pemerintah mempertimbangkan untuk meninggalkan konvensi internasional yang melindungi wanita dari kekerasan, meskipun ada peringatan dari kelompok-kelompok hak asasi manusia tentang meningkatnya jumlah pembunuhan wanita di negara itu.
Pekan lalu, polisi menemukan mayat seorang mahasiswi berusia 27 tahun yang dicekik dan dipukuli, Pinar Gultekin.
Media lokal seperti dikutip dari VOA, Jumat (31/7/2020), yang mengutip sumber-sumber kepolisian mengatakan wanita malang itu dikubur di tempat sampah yang dibungkus beton, di sebuah hutan di provinsi Aegean Mugla.
Pembunuhan Gultekin memicu demonstrasi di seluruh Istanbul dan kota-kota lain dan para aktivis meminta perhatian terhadap laporan mengenai meningkatnya jumlah wanita yang dibunuh.
Pada satu protes minggu lalu di distrik Kadikoy Istanbul, para wanita meneriakkan “kami ingin hidup,” “akhiri pembunuhan para wanita.”
Protes di Turki ini terjadi di tengah-tengah protes internasional yang lebih luas terhadap kekerasan terhadap perempuan.
Protes sebagian besar digerakkan oleh aksi akar rumput yang diorganisir melalui media sosial.
Dalam sebuah cuitan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengutuk pembunuhan Gultekin, tetapi para aktivis mengeluhkan dia selebihnya diam saja.
Protes terjadi ketika pemerintah Erdogan menghadapi kritik baru terkait komitmennya pada masalah gender. [lt/jm]
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments