A – Dalam momentum Hari Anak Nasional (HAN) 2020, masih terdapat permasalahan gizi buruk anak (stunting) yang harus segera diatasi oleh pemerintah.
Apalagi Indonesia akan mengalami bonus demografi di tahun 2030.
Di mana jumlah penduduk produktif jauh lebih besar dari pada jumlah penduduk tua dan anak-anak. Kelompok usia inilah yang sedang menjadi lokomotif banyak perubahan baik dan beragam kemajuan di berbagai bidang, mereka mengatasi banyak masalah di berbagai level.
Begitu disampaikan oleh Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Prof. Dr. Widodo Muktiyo di Jakarta, Kamis (23/7/2020).
“Mari kita memahami bahwa stunting itu berdimensi masa depan. Apabila stunting di saat ini tinggi, maka optimalisasi sebagai manusia Indonesia yang sehat, produktif, berkualitas, itu akan terganggu. Jangan sampai kita termasuk golongan keluarga yang membuat anak kita tidak bisa berprestasi,” pesan Widodo.
Kualitas angka produktif sumber daya manusia sangat ditentukan di masa bayi pada 1.000 hari pertama.
Di tengah Covid-19, upaya pendampingan dari pemerintah kepada keluarga-keluarga baru untuk pencegahan stunting mengalami perubahan, dari face to face berubah menjadi media virtual.
Kominfo, lanjut Widodo, menjalan diseminasi dengan melakukan metode pelibatan masyarakat untuk melakukan kampanye secara bersama-sama, terutama pada generasi muda dan perempuan.
Kampanye yang digerakkan adalah multiplatform, seperti platform media sosial, televisi, radio sampai pendampingan di dalam masyarakat berkolaborasi dengan pemerintah daerah untuk mewujudkan target supaya angka stunting kita dibawah 20 persen.
“Kominfo melakukan literasi isu stunting melalui media digital lewat pesan #sadarstunting melalui platform digital Generasi Bersih dan Sehat (Genbest) yang terdiri dari website dan media sosial, mengomunikasi secara detil bagaimana menghadapi anak kita mulai dari imunisasi sampai 1.000 hari pertama,” ujarnya.
Sementara, Kementerian Kesehatan menganjurkan agar kampanye pencegahan stunting terus dilakukan inovasi di tengah penyebaran Covid-19.
“Dalam situasi Covid-19, kita perlu inovasi untuk menangani stunting. Salah satunya adalah kampanye nasional dan komunikasi perubahan perilaku untuk mencegah stunting di masa adaptasi kebiasaan baru melalui teknologi informasi,” ujar Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemenkes Dr. Riskiyana S Putra.
Stunting merupakan salah satu kondisi di mana tumbuh kembang anak mengalami gangguan, tidak hanya fisik tapi juga intelijensia anak yang disebabkan oleh banyak faktor.
Salah satu faktornya adalah pola asuh anak yang keliru.
“Penyebab utama dari stunting selain asupan gizi adalah pola asuh bagi anak. Jika pola asuh lemah maka tumbuh kembang anak tidak akan baik, misal anak tidak diberi ASI yang maksimal karena terbiasa diberi susu formula. Ini merupakan bentuk dari salah asuh anak,” ujar Ketua Umum DPP Persagi dr. Entos Zainal.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments