Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin (23/3/2020) pagi menunjukkan tren semakin melemah.
Begitu juga halnya dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang bergerakke zona merah.
Dua tren kurang menggembirakan dinilai sebagai dampak dari munculnya dua sentimen negatif pasca mewabahnya virus corona (Covid-19).
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira mengatakan, sentimen pertama adalah terkait terganjalnya paket stimulus AS oleh Senatnya dalam mengatasi dampak corona.
Perlu diketahui, paket stimulus senilai USD 1 triliun yang akan digunakan untuk mengatasi corona ini terganjal di Senat AS karena pihak Demokrat menilai paket itu tidak merepresentasikan perlindungan terhadap kaum buruh serta usaha-usaha kecil yang terdampak.
Pada Minggu (22/3/2020) kemarin waktu AS, paket ini tidak memperoleh cukup dukungan dalam penerapan voting prosedural.
"Ini disebabkan oleh dua sentimen, pertama gagalnya Senat AS menyepakati stimulus untuk antisipasi dampak ekonomi Covid-19," jelas Bhima.
Sementara pemicu lainnya, kata Bhima, para investor saat ini melihat jumlah pasien yang terinfeksi corona di Indonesia terus menunjukkan peningkatan yang cukuo signifikan.
Hal ini dikhawatirkan akan memicu pemberlakuan sistem penguncian (lockdown), seperti negara lainnya.
"Kedua, jumlah pasien yang terinfeksi Covid-19 di Indonesia terus meningkat, sehingga ada kekhawatiran lockdown dilakukan," kata Bhima.
Dikutip dari Bloomberg, pada pukul 11.25 WIB, rupiah berada di level 16.550 per dolar AS.
Sementara untuk IHSG pada pagi ini bergerak perlahan menuju zona merah ke level 4.048.
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira mengatakan bahwa faktor ini didukung sentimen negatif para investor asing.
"Sumber utamanya ada di aksi jual di bursa saham oleh investor asing, IHSG baru dibuka sudah drop 4 persen," ujar Bhima kepada Tribunnews, Senin (23/3/2020) siang.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments