Pelaku industri hotel dan restoran di Indonesia terkena imbas dari wabah virus corona.
Melansir dari Kontan.co.id, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) dan Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengungkapkan, potensi yang hilang dari kedua industri ini mencapai US$ 1,5 miliar sampai hari ini.
Perhitungan kasar tersebut, kata Haryadi, diambil dari perhitungan ketiadaan pengunjung dari China, yang pada tahun lalu mencapai 2 juta orang dengan nilai pengeluaran US$1,1 miliar ditambah lain-lain sebesar US$400 miliar.
Ia berkata, perhitungan tersebut masih kasar atau dalam arti lain perhitungan minimal karena belum memasukkan supply chain lain dari industri hotel dan restoran lainnya.
"Misalnya, supply chain perhotelan ada lebih dari 500 jenis operasional yang melibatkan UKM. Jadi, UKM terdampak. Perhitungan tersebut juga bisa lebih parah jika masyarakat tidak melakukan aktivitas," paparnya ditemui di Jakarta Selatan, Kamis (12/3/2020).
Sebagai informasi, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sebelumnya juga telah memprediksi potensi kehilangan devisa dari sektor pariwisata sekitar US$530 juta akibat COVID-19.
Hariyadi melanjutkan, karena adanya virus corona, target pertumbuhan industri perhotelan dan restoran juga terpaksa direvisi.
Tahun ini, target pertumbuhan dipatok di kisaran 4,5% sampai 5,2%.
Awalnya, target industri hotel dan restoran dipasang di kisaran 10% sampai 12%.
Hariyadi berkata, target yang direvisi tersebut juga masih bergantung dari adanya pembalikan dari kepanikan masyarakat.
Akibatnya, perusahaan yang bergerak di sektor perhotelan dan restoran juga harus menjaga cashflow operasional dengan menghapus pekerja harian dan memberlakukan sistem shift untuk pekerja kontrak dan tetap.
"Karyawan harian di perhotelan sudah pasti tidak lagi dipakai, ini untuk mengurangi beban kurang lebih 60% dan menjaga cashflow sekitar 30% sampai 50%. Di restoran pun juga sama, tapi karena di restoran banyak karyawan kontrak, sistem shift atau bergantian, lebih less complicated untuk penyesuaian jumlah karyawan," lanjutnya.
Dampak virus COVID-19, telah dirasakan di ebrbagai wilayah destinasi wisata yang paling banyak diminati.
Di Bali, rata-rata okupansi hotel saat ini hanya 20% khususnya di daerah Kuta, Sanur, Legian, Ubud, dan Jimbaran.
Seperti yang terjadi di Denpasar, Bali.
Melansir Tribun-Bali.com, Cancel atau pembatalan kunjungan dan di beberapa hotel terus terjadi.
Hingga Senin (9/3/2020) menurut Kadisparda Kota Denpasar Dezire Mulyani, rata-rata okupansi (tingkat hunian) hotel-hotel di Denpasar hanya 50 persen.
"Pembatalan sejumlah kunjungan wisatawan terkonfirmasi terus berlanjut hingga Mei mendatang. Sudah banyak pembatalan atau cancel dari sejumlah biro perjalanan dari luar negeri ke Bali khususnya Kota Denpasar," katanya saat hearing dengan Komisi II DPRD Kota Denpasar, Senin (9/3/2020) siang.
Hal yang sama juga dirasakan di kawasan Karangasem.
Menurut
hotel
Menurunnya okupansi dan pembatalan kunjungan di sejumlah spot wisata di Bali juga berdampak pada tenaga kerja di bidang jasa.
Banyak karyawan yang bekerja di hotel atau restoran tepaksa tak diperpanjang masa kontraknya.
Namun,
Mereka akan dipanggil kembali setelah kondisi mulai membaik dan okupansi hotel mengalami peningkatan. Selain itu, saat ini pemberitaan terkait virus corona masih ramai.
"Berapa jumlah pegawai yang tak diperpanjang kontrak kerjanya, dan dari hotel mana saya lupa. Harapan saya semoga kondisi ini segera membaik, dan pegawai yang tak diperpanjang kontraknya bisa kerja lagi seperti biasa,"ungkap Wayan Tama,
Ditambahkan, beberapa manager hotel di Karangasem mengambil langkah tersebut karena minimnya pemasukan.
Pendapatan dari hunian cukup digunakan untuk biaya operasional dan menggaji sebagian pegawai.
Seperti untuk bayar listrik, air, beli bahan makanan, serta operasional yang lainya.
Pria asal Kecamatan Manggis ini berharap pembebasan pajak hotel serta restoran agar segera direalisasikan.
Supaya pemilik hotel tidak merugi banyak.
Kebijakan pemerintah pusat membebaskan pajak hotel dan restauran adalah upaya untuk menyelamatkan industri pariwisata dari serangan corona.
Sebelumnya, Ketua PHRI Karangasem, I Wayan Kariasa mengatakan, PHRI bersama pemerintah daerah akan terus berupaya memulihkan kunjungan wisman untuk menginap di Bumi Lahar akibat serangan virus corona.
Diantaranya berikan promosi 30 sampai 50 persen bagi wisman dan domestik.
Harga promosi diterapkan sebagian besar hotel di Karangasem. Penerapannya mulai awal Bulan Februari 2020.
Harapannya agar wisatawan mancanegara berdatangan untuk menginap.
Promo harga kamar bagian dari upaya recovery (pemulihan) wisata di Karangasem, serta menutupi biaya operasional hotel. PHRI bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Karangasem berupaya terus promosikan wisata di Karangasem.
Melalui dunia digital atau promosi lewat brousur, serta kegiatan lain.
Pemilik hotel berharap kunjungan wisatawn bisa normal seperti dulu.
Kebanyakan wisman dari Eropa, Australia, serta Asia.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul:
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments