Ekonom Indef Bhima Yudhistira menilai melonjaknya harga masker dan hand sanitizer, hingga munculnya fenomena anomali seperti panic buying dalam berbelanja kebutuhan pokok sangat berbahaya bagi ketersediaan stok.
"Dampak dari terjadinya pembelian bahan kebutuhan pokok karena panik ini sangat berbahaya sekali, bukan hanya pada produk kesehatan seperti masker tapi juga ke barang pangan," ujar Bhima, Selasa (3/3/2020) sore.
Menurutnya, aksi ini akan menimbulkan kelangkaan, tidak hanya pada bahan pangan saja namun juga alat penunjang kesehataan seperti masker dan hand sanitizer.
"Ini kan memunculkan aksi spekulasi yang merusak harga, sehingga si spekulan ingin harga naik secara irasional, kemudian terjadi kelangkaan," jelas Bhima.
Sebelumnya, kata dia, komoditas pertanian seperti bawang putih yang biasa diimpor dari China saja telah berdampak pada sektor perdagangan akibat mewabahnya virus corona.
"Dari sisi produk pertanian yang andalkan impor seperti bawang putih, sebelumnya kan terganggu karena keterlambatan impor dari China," kata Bhima.
Lalu kini terjadi pula aksi berlebihan dalam berbelanja yang tentunya akan mengganggu ketersediaan stok pangan.
"Sekarang ditambah aksi panic buying tentunya membuat stok bisa terganggu. Itu baru bawang putih belum komoditas pangan lain," papar Bhima.
Oleh karena itu, ia pun mengusulkan kepada pemerintah untuk segera menindak tegas oknum yang menimbulkan kelangkaan pada bahan pangan dan alat kesehatan.
"Saya usulkan ke pemerintah untuk tindak tegas spekulasi di alat kesehatan dan bahan kebutuhan pokok. Jerat pelaku penimbunan dengan hukuman yang berat dan umumkan pelaku ke media untuk efek jera," tegas Bhima.
Perlu diketahui, bagi oknum produsen, distributor, pengecer maupun pedagang online yang diketahui menimbun barang dan menimbulkan kelangkaan serta lonjakan harga, akan dikenakan sanksi pidana maksimal 5 tahun penjara dengan denda Rp 50 miliar.
Sesuai dalam Pasal 107 Undang-undang (UU) Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengimbau agar para eksportir lebih mengutamakan pemenuhan kebutuhan masker dalam negeri terlebih dahulu.
Ia kemudian memperingatkan para produsen agar tidak menerapkan harga yang tinggi dan memanfaatkan situasi saat ini.
Mengingat permintaan masyarakat terkait masker dan hand sanitizer melonjak signifikan pasca mewabahnya virus corona.
"Menyikapi permintaan yang tinggi dari masyarakat terhadap masker dan hand sanitizer, kami mengimbau para produsen barang tersebut untuk tidak menaikkan harga jual ke masyarakat," ujar Agus, di Jakarta Pusat, Selasa (3/3/2020).
Ultimatum itu juga berlaku bagi para distributor dan pengecer agar tidak bertindak 'nakal' dalam menjual produk tersebut.
"Imbauan ini juga ditujukan kepada para distributor dan penjual pengecer," tegas Agus.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments