Kasus virus corona di Singapura meningkat meski pemerintah telah melakukan sejumlah aturan yang terbilang ketat.
Dikutip dari The Strait Times, pada hari ini, Rabu (18/3/2020), Singapura mengumumkan adanya 47 kasus baru corona.
Ini membuat jumlah total kasus corona di Singapura menjadi 313.
Namun, hal baiknya, belum ada kasus kematian akibat virus corona.
Berikut langkah-langkah penanganan Corona yang dilakukan Singapura:
Pemerintah Singapura memberlakukan aturan kewajiban untuk melakukan karantina mandiri selama 14 hari siapa saja yang masuk ke Singapura termasuk warga Singapura yang datang dari luar Singapura.
Aturan tambahan itu diterapkan mulai Senin (16/3/2020) pukul 23.59.
Dikutip dari akun Facebook resmi Kedutaan Besar Singapura di Jakarta, Minggu (15/3/2020), Singapura mengatakan penerapan karantina mandiri selama 14 hari bagi orang yang masuk ke Singapura untuk mengurangi risiko penularan virus corona dari luar Singapura atau imported case.
Aturan ini diberlakukan karena berdasarkan data yang ada, sebagian kasus corona yang terjadi berasal dari luar Singapura.
Kasus impor corona yang masuk ke Singapura ini bertujuan untuk mencari perawatan medis sehingga justru membebani petugas kesehatan Singpura lantaran Singapura sendiri tengah fokus menangani kasus corona di negaranya sendiri.
"Berdasarkan situasi terakhir ini, mulai 16 Maret 2020, pukul 23.59, semua pelancong (termasuk Warga Singapura, pemegang paspor jangka panjang, dan pengunjung jangka pendek) yang memasuki Singapura dengan riwayat perjalanan baru-baru ini ke negara-negara ASEAN, Jepang, Swiss, atau Inggris dalam 14 hari terakhir akan dikeluarkan surat pemberitahuan untuk tinggal di rumah (Stay-Home Notice/SHN) selama 14 hari," tulis Kedutaan Besar Singapura di Jakarta dalam akun Facebook-nya.
Namun demikian, SHN itu tidak berlaku untuk pelancong yang hanya transit di Singapura dan tidak meninggalkan area transit.
Selama kewajiban mengkarantina diri di rumah selama 14 hari, pelancong juga harus memberikan bukti dimana mereka akan menjalani karantina mandiri.
Bukti itu berupa pemesanan hotel sesuai masa karantina atau tempat tinggal mereka atau anggota keluarga yang mereka miliki di Singapura.
Selain itu, para pelancong juga dimungkinkan untuk dites Covid-19 meskipun mereka tidak menunjukkan gelaja virus corona.
Tak hanya kewajiban karantina mandiri 14 hari, setiap pendatang jangka pendek ke Singapura yang merupakan warga negara dari ASEAN harus menyerahkan informasi yang diperlukan mengenai kesehatan mereka kepada Kedutaan Luar Negeri Singapura di negara tempat mereka tinggal sebelum mereka melakukan perjalanan ke Singapura.
Pengajuan harus disetujui oleh otoritas Singapura sebelum melakukan perjalanan ke Singapura, dan persetujuan akan diverifikasi oleh petugas Imigrasi dan Pos Pemeriksaan di pos pemeriksaan Singapura.
Pengunjung jangka pendek yang tiba di Singapura tanpa persetujuan yang diperlukan akan ditolak masuk ke Singapura.
Karena itu mereka disarankan untuk mendapatkan persetujuan sebelum melakukan pemesanan perjalanan yang pasti.
Kementerian Tenaga Kerja juga akan memperkenalkan langkah-langkah baru bagi pekerja rumah tangga asing yang memasuki Singapura.
Dikutip dari New York Times via Kompas.com (17/3/2020), intervensi menjadi kunci bagi Singapura dalam penanganan corona.
Selain itu penelusuran yang teliti, menjaga jarak sosial, dan karantina yang ditegakkan.
Semuanya dikoordinasikan oleh seorang pemimpin yang bertindak cepat dan transparan.
Singapura hanya butuh waktu 2 jam untuk mengungkap rincian pertama tentang bagaimana pasien tertular virus corona dan orang yang mungkin mereka infeksi.
Pemerintah dapat dengan mudah mengetahui:
- Apakah mereka bepergian ke luar negeri?
- Apakah mereka memiliki hubungan ke salah satu dari lima kelompok (kluster) penularan yang diidentifikasi di seluruh negara?
- Apakah mereka batuk pada seseorang di jalan?
- Siapa teman dan keluarga mereka, serta teman minum dan rekan mereka dalam beribadah?
Di Singapura, informasi seperti detail tempat pasien tinggal, bekerja, dan bermain dirilis dengan cepat secara online.
Singapura memanfaatkan CCTV dan catatan imigrasi untuk mengungkapnya.
Selain itu Singapura memiliki 140 pelacak kontak yang menjabarkan riwayat kasus setiap pasien.
Mereka bekerja sama dengan polisi dan layanan keamanan setempat.
Pengendalian penyakit melanggar kebebasan individu, tapi masyarakat Singapura mau menerima perintah atau aturan dari pemerintah untuk kesehatan bangsanya.
Aturan saja tidak cukup. Masyarakat juga harus tertib mengikuti aturan yang dibuat pemerintah.
Hal itu memungkinkan orang lain melindungi diri mereka sendiri.
Pemerintah juga memiliki klinik khusus untuk epidemi.
Selain itu pemerintah mengeluarkan pesan resmi yang mendesak masyarakat untuk mencuci tangan dan mengatur tata cara bersin selama flu.
Kebijakan lain yang dibuat Singapura adalah pelarangan wisatawan mulai akhir Januari.
Singapura menjadi salah satu negara yang melarang wisatawan dari China.
Selain itu orang yang dekat dengan pasien dikarantina untuk membatasi penyebaran.
Di negara berpenduduk 5,7 juta orang itu, pemerintahnya mengembangkan kemampuan untuk menguji lebih dari 2.000 orang per hari.
Pengujian sampel itu gratis.
Demikian juga perawatan medis untuk semua penduduk.
Orang yang diketahui dekat dengan pasien dimasukkan ke dalam karantina wajib untuk menghentikan penularan lebih lanjut.
Hampir 5.000 orang telah diisolasi.
Bagi mereka yang menghindari perintah karantina dapat menghadapi dakwaan pidana.
Semua pasien pneumonia di Singapura diuji coronavirus.
Begitu juga orang-orang yang sakit parah.
Kasus positif telah diidentifikasi di bandara, di klinik pemerintah dan, paling sering, melalui pelacakan kontak.
Sistem kesehatan masyarakat di Singapura telah dibangun bertahun-tahun.
Beberapa tahun yang lalu, Singapura menghadapi wabah SARS.
Kini mereka telah belajar.
Pemimpin program pelacakan kontak di Singapura Kurupatham mengungkapkan, selama masa damai mereka merencanakan penanganan epidemi seperti ini.
Dia telah bekerja 16 jam sehari selama 2 bulan.
Hingga saat ini, Singapura belum berpikir untuk menerapkan lockdown guna mengatasi penyebaran Corona.
Menteri Pembangunan Nasional Singapura, Lawrence Wong mengatakan Singapura tidak mengesampingkan opsi lockdown.
Namun, lockdown saat ini belum menjadi pilihan yang bakal diambil.
"Kami selalu mengatakan bahwa kami perlu mempertimbangkan serangkaian tindakan dan tidak mengesampingkan apa pun," katanya dalam konferensi pers di Kementerian Komunikasi dan Informasi, Selasa kemarin sebagaimana dikutip dari The Strait Times.
"Jadi sesuatu yang ketat, kami tidak berencana untuk itu . Jadi Singapura tidak boleh menganggap kami sebagai perencanaan untuk itu."
"Ini tentu ukuran yang sangat ekstrem, dan kami tidak berpikir kami perlu ke sana jika kami melakukan semua hal yang kami telah melakukan, kami telah melakukan advokasi, dan kami melakukannya dengan baik. " ujar dia.
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments