Ketua Forum Warga Kota Jakarta, Azas Tigor Nainggolan menyebut kemampuan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sudah stuck atau tak bisa berkembang, terutama dalam masalah pencegahan dan penanganan banjir.
Azas Tigor menyebut Anies Baswedan selalu menyalahkan pihak lain dalam terjadinya banjir di Jakarta.
Dilansir Tribunnews.com, hal tersebut diungkapkan Azas Tigor dalam APA KABAR INDONESIA MALAM unggahan YouTube Talk Show tvOne, Minggu (9/2/2020).
Menurut Azas Tigor, Anies Baswedan tidak mampu untuk mengorganisir jajaran di bawahnya untuk dalam bencana banjir.
Mulai dari pencegahan banjir dengan sistem peringatan hingga sistem tanggap bencana disebut tidak berjalan dengan baik.
"Memang begitu. Ini sudah stuck-lah kemampuan dia seperti itu, kapasitas dia seperti itu, tidak bisa mengorganisir aparatur di bawahnya, mempersiapkan langkah-langkah mitigasi misalnya," ungkap Azas Tigor.
"Tadi early warning system sudah jelas enggak jalan, mitigasi untuk bencana juga enggak jalan," sambungnya.
Menurut Azas Tigor, Anies Baswedan hanya bisa menyalahkan pihak lain seperti pemerintah pusat hingga mengklaim bahwa banjir terjadi karena air kiriman.
"Dia selalu menyalahkan orang lain, menyalahkan hulu, menyalahkan pemerintah pusat," kata Azas Tigor.
Sebagai pemimpin daerah, Anies Baswedan seharusnya bisa dengan sendirinya mengorganisir jajaran di wilayahnya.
"Harusnya kan dia penguasa kota. Pemimpin di Kota Jakarta ini harusnya punya inisiatif mengorganisir semua potensi yang ada," kata Azas Tigor.
Menurut Azas Tigor, untuk penanganan banjir di wilayahnya, Anies Baswedan tak perlu menunggu komando dari pemerintah pusat.
Ia memberi contoh jika banjir terjadi di sebuah kelurahan tempat tinggal Anies Baswedan, maka lurah di wilayah itu harus bertanggung jawab tanpa menunggu aba-aba dari Anies.
"Oh enggak (perlu pemerintah pusat). Walaupun misalnya gubernur, tinggalnya di daerah Menteng rumah dinasnya, penguasa wilayahnya bukan gubernur tapi lurahnya," ungkapnya.
"Itu logikanya, jadi enggak harus menunggu lurahnya bergerak menunggu komando dari gubernurnya, yang notabene dia warganya."
Sebelumnya, Azas Tigor juga menyebut kinerja Pemprov Jakarta sama saja seperti Anies Baswedan yang tak ada perbaikan.
"Jadi saya melihat, informasi dan kondisi banjir ini saya bilang kayaknya memang sudah stuck ya," komentar Azas Tigor.
"Sudah stuck ya kemampuan pemprov seperti itu gitu loh, sudah dikritik oleh media, sudah diteriaki oleh masyarakat, sudah kami gugat di pengadilan," ujarnya.
Azas Tigor menyebut Pemprov Jakarta masih belum memperbaiki peringatan dini dan sistem tanggap bencana.
"Dua sistem itu, kan yang kami gugat bukan bagaimana persoalan banjir secara teknis, tapi bagaimana pemprov itu menyiapkan warganya menghadapi banjir," ucapnya.
Azas Tigor menegaskan bahwa gugatan ke Anies Baswedan dan Pemprov Jakarta soal banjir pada Januari lalu masih berjalan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Azas Tigor menjelaskan gugatannya adalah mengenai sistem peringatan dini dan sistem tanggap bencana dari Pemprov Jakarta yang tidak berjalan baik.
"Dasar gugatannya adalah early warning system, dan juga emergency response yang tidak jalan," tegas Azas Tigor.
Azas Tigor kemudian membeberkan kisah saat dirinya mengantar sang anak untuk les dan sempat menyaksikan banjir.
"Sabtu yang kemarin nih, banjir yang terakhir, Sabtu pagi, saya kebetulan habis mengantar anak ke tempat bimbel," ungkap Azas Tigor.
"Saya mampir ke Jatinegara, kan itu salah satu indikator banjir Jakarta, Kampung Pulo."
"Saya lihat air sudah rata dengan jembatan, pagi jam 7.30, tapi di Pasar Jatinegara yang dekat wihara itu sudah terendam," paparnya.
Padahal genangan sudah cukup tinggi, namun Azas Tigor menyebut belum ada petugas yang menangani.
"Di jalan air sudah ada sekitar 10 cm, di jalan raya Jatinegara Barat," ujar Azas Tigor.
"Saya lihat pagi itu baru satu bus dari pemadam kebakaran menangani bencana, yang stay di situ, baru satu," sambungnya.
Tak hanya itu, warga setempat juga belum diarahkan untuk mengungsi.
"Saya coba masuk ke dalam, saya tanya sama warga di sana 'Gimana? Sudah siap belum mau ngungsi?' 'Belum tuh pak, belum ada arahan'," kata Azas Tigor.
Azas Tigor yang geram langsung mengunggah informasi banjir itu di media sosialnya.
"Terus saya posting di media sosial saya. Dapat (komentar) ada yang lucu," kata Azas Tigor sambil membuka ponselnya.
Teman Azas Tigor berkomentar bahwa banjir sudah menggenangi rumahnya, namun peringatan bencana dari toa sangat terlambat.
Azas Tigor langsung menyorot fungsi toa yang harusnya menjadi peringatan dini bencana namun malah terlambat.
"Ini teman saya yang korban banjir di Kebon Pala RW 05, dia tulis begini, dia jawab postingan saya, 'Pagi ini ketika air di dalam rumah sudah setinggi lutut, tiba-tiba saya mendengar suara cukup lantang alias toa: Banjir di RW 5 hampir 2 meter'," ungkapnya.
"Saat itu saya langsung berkomentar 'Guna enggak sih?'," imbuhnya.
Teman kerja Azas Tigor bahkan sampai terkurung dalam rumahnya lantaran tak ada peringatan banjir dan air sudah menggenang tinggi.
"Artinya masih saja lambat, ini baru satu, terus saya juga dapat respons dari teman saya di Kelapa Gading, itu cukup parah juga," ungkap Azas Tigor.
"Saya baca di WA group kantor, ada teman kantor bilang 'Loh mbak jadi gimana?' 'Ya sudah deh saya stay saja di atas, enggak bisa ngapa-ngapain', lagi-lagi informasinya enggak ada," ujarnya.
"Terus saya coba jalan lagi, saya tanya lagi 'Sudah ada belum bantuan?' katanya belum ada bantuan."
Subscribe by Email
Follow Updates Articles from This Blog via Email
No Comments